Thursday

Asal Usul Sejarah Kota Tegal Di Jawa Tengah

Sejarah Kota Tegal
MARTIZAINFO_ Sebagai masyarakat tegal wajib baca sejarah kota tegal agar lebih mencintai daerahnya sendiri. Nama Tegal Berasal Dari nama Tetegal, tanah subur yang mampu menghasilkan tanaman pertanian (Depdikbud Kabupaten Tegal, 1984) Sumber lain menyatakan, nama Tegal dipercaya berasal dari kata Tetegual. Sebutan yang diberikan seorang pedagang asal Portugis yaitu Tome Pires yang singgah di Pelabuhan Tegal pada tahun 1500–an.
Baca Juga : Tempat Wisata Di Tegal
Kabupaten Tegal berdiri pada tanggal 18 Mei 1601 pada saat Ki Gede Sebayu diangkat sebagai juru demung di Tegal oleh Sultan Mataram, dan mulai membangun daerah ini.
Siapa itu Ki Gede Sebayu?
Pendiri Tegal Ki Gede Sebayu adalah keturunan darah bangsawan dari Batoro Katong atau Syech Sekar Delima (Adipati Wengker Ponorogo). Ayahnya bernama Pangeran Onje (Adipati Purbalinga). Sejak kecil, Ki Gede Sebayu diasuh oleh eyangnya yaitu Ki Ageng Wunut yang selama hidupnya menekuni Agama Islam. Hal ini membawa dampak bagi perkembangan Ki Gede Sebayu yang tumbuh menjadi anak yang berperilaku ramah dan santun. Setelah menginjak dewasa, Ki Gede Sebayu oleh ayahnya disuwitakan di Keraton Pajang yaitu Kasultanan Adiwijaya. sebagai prajurit tamtama sehingga Ki Gede Sebayu memperoleh pendidikan keprajuritan dan ilmu kanuragan. Ketika Aryo Pangiri berkuasa menggantikan Kesultanan Pajang, Ki Gede Sebayu pergi meninggalkan Pajang menuju Desa Sedayu. Ki Gede Sebayu mempunyai 2 orang anak yaitu Raden Ayu Rara Giyanti Subhaleksana menikah dengan Ki Jadug (Pangeran Purbaya) dan Raden Mas Hanggawana. Ketokohan Ki Gede Sebayu mulai nampak ketika terjadi perang antara Kerajaan Pajang dan Jipang. 

Ki Gede Sebayu bergabung dengan prajurit Mataram bersama Pangeran Benowo untuk menyingkirkan Aryo Pangiri. Ketika itu Ki Gede Sebayu dengan tombak pendeknya menyerang prajurit Pajang sehingga banyak yang tewas dan akhirnya Aryo Pangiri menyerah dan diusir dari Keraton Pajang. Kemudian Keraton pajang diserahkan kepada Pangeran Benowo. Setelah selesai pertempuran (1587), Ki Gede Sebayu dan pengikutnya memutuskan untuk melakukan perjalanan ke arah barat dan sampai di Desa Taji (wilayah Bagelan) disambut oleh Demung Ki Gede Karang Lo. Kemudian melanjutkan perjalanan ke Banyumas (Kadipaten Purbalingga) untuk ziarah ke makam ayah Ki Gede Sebayu dan akhirnya sampai di Desa Pelawangan kemudian menyusuri pantai utara ke arah barat dan sampailah di Kali Gung (Padepokan Ki Gede Wonokusumo). Kedatangan Ki Gede Sebayu bersama rombongan yang bermaksud “mbabat alas” membangun masyarakat tlatah Tegal disambut gembira oleh Ki Gede Wonokusumo.

Ki Gede Sebayu mulai menyusun rencana dan strategi untuk melakukan pembangunan yaitu :
  1. Mengatur penempatan para pengikutnya sesuai dengan ketrampilan dan keahlian. seperti Ahli kerajinan dan pertukangan ditempatkan di pusat perniagaan dan perdagangan. Ahli pertanian ditempatkan di daerah pertanian yaitu dataran rendah dan tinggi . Ahli kemasan, ahli tenun (termasuk keluarga Ki Gede Sebayu)
  2. Mencoba membudidayakan pertanian basah (persawahan irigasi) dengan membuat bendungan Kali Gung untuk mengairi persawahan penduduk dengan nama Bendungan Wangan Jimat, selain itu membuat Kali Jembangan, Kali Bliruk dan Kali Wadas yang terletak di Dukuh Kemanglen dengan sebutan Grujugan Curug Mas. 
  3. Untuk memenuhi kebutuhan rohani, Ki Gede Sebayu membangun masjid dan pondok pesantren di Dukuh Pesantren sebagai tempat kegiatan agama. Di sinilah diajarkan cara membaca Al-Qur’an, pengajian yang mengajarkan kewajiban muslim dalam menjalankan agamanya. 
  4. Memberikan penamaan terhadap wilayah sesuai dengan kondisi daerah, seperti : Danawarih yang berarti memberi air, Slawi berarti tempat berkumpulnya para satria yang berjumlah selawe atau dua puluh lima yang dalam perkembangannya menjadi pusat kekuasaan (pangreh praja) di Kabupaten Tegal.
Ide dan pemikiran Ki Gede Sebayu memberikan banyak kemajuan bagi masyarakat Para petani dapat memanfaatkan alat-alat pertanian dengan adanya hasil kerajinan pandai besi. Pasar perdagangan semakin ramai karena banyak masyarakat yang memiliki ketrampilan pertukangan kayu, menjahit, pembuatan alat dapur dari tembaga, pertukangan emas dan sebagainya. Taraf hidup masyarakat meningkat dengan didukung pembuatan jalan desa, pembangunan rumah penduduk yang dilakukan secara gotong royong , mengatur keamanan secara bersama-sama. Atas keberhasilannya dalam membangun Tegal maka pada tahun 1601 M atau 1523 Caka, Ingkang Sinuwun Kanjeng Panembahan Senopati Mataram mengangkat Ki Gede Sebayu sebagai Juru Demung (Penguasa Lokal di Tlatah Tegal) dengan pangkat Tumenggung setingkat Bupati. 

Ki Gede Sebayu Tegal   Identitas Kabupaten Tegal dijiwai oleh semangat kejayaan Ki Gede Sebayu dalam membangun tlatah tegal. Sebagaimana tertera dalam buku silsilah raja-raja se-Tanah Jawa. Ki Gede Sebayu adalah keturunan bangsawan yang bernama Bathara Katong Adipati Ponorogo dan dia adalah putra ke-22 dari 90 bersaudara, kemudian Ki Gede Sebayu mempunyai 2 orang anak yaitu : Raden Ayu Giyanti Subalaksana itri dari Pangeran Selarong (Pangeran Purboyo), dan Ki Gede Honggowono ayah dari Ki Gede Hanggowono Seco Menggolo Jumeneng Tumenggung Reksonegoro Ke-I yang dimakamkan di Desa Kalisoka Kecamatan Dukuhwaru. 

Ki Gede Sebayu banyak pengabdiannya pada Pemerintah Kanjeng Sultan Adiwijaya, penguasa Pajang. Setelah Sultan Pajang meninggal, keadaan pemerintahan menjadi sangat kisruh dan banyak yang menjadi korban. Melihat kondisi negeri seperti itu Ki Gede Sebayu beserta keluarganya meninggalkan negeri Pajang ke negeri Mataram, bermaksud sowan kepada Kanjeng Panembahan Senopati untuk menyampaikan rencana urbanisasi ke tlatah pesisir utara yaitu di tlatah Teggal. Dengan restu dari Panembahan Senopati, Ki Gede Sebayu pergi ke tlatah Tegal yang diikuti oleh 40 pasangan keluarga terpilih yaitu mereka yang memiliki keahlian di berbagai bidang keterampilan. Setelah menempuh perjalanan yang jauh dan melelahkan akhirnya rombongan Ki Gede Sebayu sampai di tepian Kali Gung dan disambut oleh Ki Gede Wonokusumo, yaitu sesepuh dan penanggung jawab makam Pangeran Drajat (Mbah Panggung). 

Mengetahui tujuan mulia dari kedatangan Ki Gede Sebayu ke tlatah Tegal yaitu meningkatkan kesejahteraan rakyat, maka Ki Gede Wonokusumo dengan tulus ikhlas membantu menata rombongan Ki Gede Sebayu dengan menitipkan keluarga-keluarga dari rombongan itu ke daerah-daerah sepanjang Kali Gung sesuai bidang-bidang keahlian masing-masing dan berakhir di Dukuh Karangmangu Desa Kalisoka (Kecamatan Dukuhwaru-sekarang) sesuai bidang keahlian yang dimilikinya. Kedatangan keluarga dari rombongan Ki Gede Sebayu di masing-masing daerah itu dapat memotivasi masyarakat untuk meningkatkan kesejahteraan diri dan daerahnya. Kegiatan yang dilakukan oleh keluarga dari rombongan Ki Gede Sebayu adalah meningkatkan kemampuan dan keahlian masyarakat, antara lain : pembudidayaan tanaman pangan, kerajinan emas dan tenun kain selendang. 

Di bidang kerohanian, didirikan pondok pesantren yang sampai sekarang masih terkenal. Menyikapi perkembangan peningkatan kesejahteraan rakyatnya yang belum tampak nyata, sedangkan sebagian besar bermata pencaharian tani ladang ( tanah kering ) yang hasilnya kurang menguntungkan. Ki Gede Sebayu beserta dua orang pengikut setianya, Ki Sura Lawayan dan Ki Jaga Sura berjalan sepanjang tepi Kali Gung ke selatan sampai di suatu igir gunung selapi. Dan muncullah niat membangun bendungan untuk mengalirkan air dari Kali Gung ke persawahan. Perkembangan selanjutnya, dengan keberhasilan pembangunan yang dilakukan oleh Ki Gede Sebayu beserta pengikut dan masyarakat sekitarnya dalam membendung Kali Gung hingga menjadi sumber pengairan bagi pertanian di daerah sekitarnya yang kemudian disebut Bendungan Danawarih, daerah Tegal yang maju pesat ini, gaungnya sampai ke negeri Mataram. 

Kemudian atas jasa-jasa Ki Gede Sebayu dalam membangun tlatah Tegal, oleh Ingkang Sinuhun Kanjeng Panembahan Senopati Sayyidin Penata Gama Ratu Bimantoro di negeri Mataram diangkat menjadi Juru Demang setarap dengan Tumenggung di Kadipaten Tegal pada Rabu Kliwon tanggal 18 Mei 1601 Masehi atau tanggal 12 Robiul Awal 1010 Hijriyah atau 1524 Caka. Dengan berpedoman inilah disepakati sebagai HARI JADI KABUPATEN TEGAL dan sekaligus KI GEDE SEBAYU dijadikan tokoh pendiri atau anutan masyarakat Kabupaten Tegal karena: 
  1. Taat dan taqwa kepada Allaw SWT  
  2. Sebagai tokoh pembangunan pertama di tlatah Tegal  
  3. Ki Gede Sebayu adalah pemimpin kharismatik 
  4. Merupakan cikal bakal pemimpin di tlatah Tegal yang banyak menurunkan Bupati di Kabupaten Tegal dan Brebes.  
  5. Makam Ki Gede Sebayu di wilayah Kabupaten Tegal yaitu Desa Danawarih.
Ki Gede Sebayu merupakan keturunan trah Majapahit. Pada saat terjadi pergolakan perebutan kekuasaan dia lebih memilih diam. Bahkan pada saat suasana makin kacau, Ki Ageng Ngunut (kakek Sebayu) mendesak Ki Gede Sebayu agar menyelamatkan Kerajaan Pajang. Namun, Ki Gede Sebayu menolak. Melihat penderitaan manusia akibat perebutan kekuasaan antar keluarga itu tidak kunjung reda, Ki Gede Sebayu malah pilih pamit untuk menyingkir ke barat. Dia melepas atribut kebangsawanannya dan mengembara mencari hakikat hidup. Sampailah dia di sebuah daerah penuh ilalang, padang rumput luas dengan sungai besar yang dialiri air bening sampai muara laut utara. Dia terperangah melihat hamparan padang rumput luas yang nyaris tak berpenghuni itu. Di sana hanya ada beberapa bangunan semipermanen yang dihuni sejumlah santri dan sebuah makam keramat. 

Makam tersebut adalah tempat jenazah Sunan Panggung atau Mbah Panggung dikebumikan. Terbersitlah di dalam benak Ki Gede Sebayu untuk mengajari warga pesisir itu bercocok tanam. Dia merasa menemukan persinggahan yang menjanjikan, sehingga menghentikan pengembaraannya. Diajaknya warga setempat membabat alang-alang agar jadi tegalan. Selain itu, dia juga membuat bendungan di hulu sungai daerah Danawarih untuk dijadikan sumber air irigasi. Sementara itu, Pangeran Benowo diangkat menjadi raja Pajang. Dia membutuhkan sepupunya, yang tak lain adalah Ki Gede Sebayu, untuk menjadi patih. 

Pangeran Benowopun mengutus sejumlah prajurit untuk mencari Ki Gede Sebayu. Di Desa Tegal, tempat Sebayu bermukim, sepupu Pangeran Benowo itu ditemukan. Namun karena Ki Gede Sebayu tidak mungkin meninggalkan rakyat Tegal, maka Pangeran Benowo melantik dia menjadi juru demang atau sesepuh Desa Tegal. Anugerah sebagai sesepuh desa diberikan pada malam Jumat Kliwon, 15 Sapar Tahun 988 Hijriah, atau tahun 588 EHE. Waktu itu bertepatan dengan 12 April 1580 Masehi.
Nama Bupati Tegal Dari Pertama
Dari zaman Mataram s.d. Hindia Belanda
  1. Ki Gede Sebayu (Juru Demung) setingkat dengan Bupati (1601 - 1620) Dimakamkan di Desa Danawarih, Kecamatan Balapulang. 
  2. Ki Gede Honggowono (Juru Demung) setingkat dengan Bupati (1620 - 1625) Dimakamkan di Desa Kalisoka, Kecamatan Dukuhwaru. 
  3. Pangeran Adipati Arya Martoloyo "Adipati Tegal Pertama" (1625 - 1678). 
  4. Tumenggung Sindurejo alias Pranantaka alias Gendowor (1678 - 1679). 
  5. Tumenggung Honggowono alias Adipati Reksonegoro I (1679 - 1680). 
  6. Tumenggung Secowijoyo (1680 - 1697). 
  7. Tumenggung Secomenggolo (1697 - 1700). 
  8. Raden Mas Tumenggung Tritonoto (1700 - 1702). 
  9. Tumenggung Bodroyudho Secowardoyo I alias Adipati Reksonegoro II (1702 - 1746). 
  10. Tumenggung Bodroyudho Secowardoyo II alias Adipati Reksonegoro III (1746 - 1776) Dimakamkan di Desa Kalisoka, Kecamatan Dukuhwaru. 
  11. Tumenggung Kartoyudho alias Adipati Reksonegoro IV (1776 - 1800). 
  12. Raden Mas Panji Haji Cokronegoro IV (1800 - 1816) Dimakamkan Di Desa Semedo, Kecamatan Kedungbanteng Kabupaten Tegal. 
  13. Tumenggung Surenggono (1816) Meninggal sesudah diangkat sebagai Tumenggung. 
  14. Tumenggung Surodiwongso alias Tumenggung Suronegoro (1816 - 1819). 
  15. Tumenggung Secomenggolo (1819 - 1821). 
  16. Raden Mas Arya Haji Reksonegoro VI (1821 - 1857). 
  17. Tumenggung Sosronegoro (1857 - 1858). 
  18. Raden Mas Ronggo Surodipuro (1858 - 1862). 
  19. Raden Tumenggung Widyoningrat (1862 - 1864). 
  20. R. Tumenggung Panji Sosrokusumo (1864 - 1869). 
  21. R.M. Ore (R.M.A. Reksonegoro VII) (1869 - 18...). 
  22. R.M. Kis (R.M.A. Reksonegoro VIII) (... - 1903) Dimakamkan Di Desa Pesarean, Kecamatan Adiwerna. 
  23. R.M. Suyitno (R.M.A. Reksonegoro IX) (1903 - 1929). 
  24. R.M. Susmono (R.M.A. Reksonegoro X) (1929 - 1935). 
  25. J. Patih R. Subiyanto (1935 - 1937). 
  26. R. Tumenggung Slamet Kertonegoro (1937 - 1942). 
  27. Dari zaman Penjajahan Jepang, Orde Lama, Orde baru dan Reformasi 
  28. Mr. Moh. Besar Mertokusumo (merangkap Burgermester) (1942 - 1944). 
  29. Raden Sunaryo (1944 - 1945). 
  30. Kyai Abu Sujai "Sebagai Ulama Pertama yang menjadi Bupati" (1945 - 1946) Dimakamkan Di Desa Talang, Kecamatan Talang. 
  31. Prawoto Sudibyo (1946 s.d. 1948)R. Soeputro (1948 s.d. 1949) 
  32. R.M. Susmono Reksonegoro (1949 s.d. 1950) 
  33. R.M. Sumindro (1950 s.d. 1955) 
  34. R.M. Projosumarto (1955 s.d. 1960) 
  35. Sutoro (1960 s.d. 1966) 
  36. Munadi (Januari 1966 s.d. Desember 1966) 
  37. R. Sutarjo (Desember 1966 s.d. Desember 1967) 
  38. Letkol.R. Supandhi Yudodharmo (1967 s.d. 1973) 
  39. Letkol. R. Samino Sastrosuwignyo (1973 s.d. 1977) 
  40. Drs. Herman Sumarmo (Ymt) (1977 s.d. 1978) 
  41. Hasyim Dirjosubroto (1978 s.d. 1989) 
  42. Drs. H. Wienachto (1989 s.d. 1991) 
  43. Drs. Sudiatno (Januari 1991 s.d. Agustus 1991) 
  44. Drs. H. Soetjipto (Agustus 1991 s.d. Juli 1998) 
  45. Drs. Setiawan Sadono (Plt) (Juli 1998 s.d. Juni 1999) 
  46. Drs. H. Soediharto (Juni 1999 s.d. Januari 2004) 
  47. Agus Riyanto, S.Sos, M.M. (Januari 2004 s.d. Agustus 2011) 
  48. H.M. Heri Soelistiawan, S.H., M.Hum. (Agustus 2011 s.d. Mei 2013) 
  49. Drs. Haron Bagas Prakosa, M.Hum. (Plt. Bupati Tegal) (Mei 2013 s.d. Juni 2013) 
  50. Ir. Satriyo Widodo (Plt.) (Juni 2013 s.d. Oktober 2013) 
  51. Ki Enthus Susmono, Ph.D. (Oktober 2013 - Sekarang)
Sumber (https://id.wikipedia.org)

Artikel Terkait

Asal Usul Sejarah Kota Tegal Di Jawa Tengah
4/ 5
Oleh

Berlangganan

Suka dengan artikel saya? Silakan berlangganan gratis via email